PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK GENERASI MUSLIM


PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK GENERASI MUSLIM

Oleh : Ibu Dra.Dewi Purnamawati (dari Solo)

Ibu Dra.Dewi Purnamawati

Dalam surat At Tahrim ayat 6 disebutkan, bahwa orang tua khususnya seorang suami, memiliki kewajiban untuk memberi bimbingan, tuntunan dan pedoman serta pijakan khusus dalam kegiatan agama dalam keluarganya. Seorang istri juga memiliki kewajiban yang urgen juga pendamping suami nya, dalam membentuk akhlak mulia dan melahirkan generasi sholeh dan sholehah. Seorang anak tidak boleh dilimpahkan sepenuhnya di sekolah, apalagi kalau sudah berurusan dengan perilaku dan akhlaknya. Orang tua yang sudah mengawali adanya anak dalam keluarga berkewajiban untuk membentuk pribadi anak. Sehingga oleh karena tujuan dan hasil yang ingin dicapai adalah anak yang shooleh, maka dalam hal ini orang tua harus sudah memiliki perilaku dan akhlak yang sholeh terlebih dahulu. Sangat sulit bagi orang tua yang tidak memegang teguh agamanya, berkeinginan apalagi sangat berharap agar anaknya memegang teguh agamanya. Perlu diketahui bahwa madrasah atau tempat sekolah pertama seorang anak ua, adalah orangtua/ibunya sendiri, baru kemudian suami dan lantaa orang lain/guru.

Sepintas memang orangtua terhadap anak, bisa untuk “membohongi” bagaimana perilaku sebenarnya orang tua tersebut. Akan tetapi, semua itu tidak akan berlaku terus menerus, dan pada akhirnya orang tua demikian akan terkena batunya juga, sehingga anak-anakpun sudah kehilangan kepercayaan terhadap orangtuanya. Jika ini sudah terjadi, maka lebih sulit orangtua mengarahkan, apalagi mengajak kepada hal yang ma’ruf.

Ini sebuah contoh nyata, bahwa pendidikan memang mudah untuk mengajarkan matematika, IPS, Sosiologi, Fisika kepada anak, tetapi sangat berat dan penuh rintangan apabila materi yang akan ditransfer adalah berupa akhlak. Yang sudah memenuhi semua unsur pendidikan saja, seperti suri tauladan, kadangkala tidak bisa untuk mendidik anak menjadi sesuai yang diharapkan orangtua, apalagi hanya sekedar tekstual dan oral, akan lebih sulit tentunya.

Karena itu, fondasi utama dalam membentuk akhlak yang mulia pada anak adalah bahwa akhlak orangtuanya lebih dahulu yang harus ditata.

Sebagai gambaran tentang betapa berat untuk membentuk akhlak anak, remaja dan pemuda masa kini adalah bahwa berdasarkan survey di Solo Raya ditemukan bukti, 80% remaja dan anak muda Islam adalah buta Al Qur’an. Alangkah ironisnya, di Indonesia yang mayoritas muslim. Sehingga banyak pemuda pemudi islam yang kurang memahami Al Qur’an, sehingga Al Qur’an tidak dibuka, malahan lebih sibuk membuka primbon dan ramalan. Banyak yang mengaku muslim, tetapi masih menjalankan tradisi warisan leluhur yang menyimpan dari ajaran murni Islam.

Tetapi ini bukan semata-mata kekeliruan pemud pemudi itu sendiri. Orangtualah yang sudah membiasakan untuk “melalaikan” Al Qur’an ini. Sebagai contoh, masih banyak di masyarakat kita terjadi, sebelum matinya, orang tua muslim memberikan pesan kepada anak-anaknya agar jangan lupa mengadakan selamatan dan peringatan kematiannya, bukan berpesan untuk patuh dan taat serta mendalami pengajian sehingga mampu mendo’akan orang tua.

Contoh lain tentang bagaimana kondisi memprihatinkan generasi muda Islam adalah, pada saat mengisi pengajian di sebuah sekolah Islam swasta di Kendal, pelajar yang sudah melaksanakan sholat lima waktu itu tidak ada setengah dari total siswanya. Ini benar-benar sangat membahayakan bagi kelangsungan generasi Muslim di Indonesia.

Pendidikan dan pembentukan akhlak pemuda pemudi ini sangat mendesak untuk dilaksanakan, lebih-lebih sekarang ini banyak tantangan dan halangan serta godaan sangat besar bagi pemuda pemudianya. Untuk penegasan sekali lagi, bahwa akhlak pemuda pemudi ini sesungguhnya tugas orang tua, bukan guru, sebab waktu yang lebih banyak di rumah. Jika anak-anak kita tidak punya filter, maka akan mudah tergelincir ke dalam pergaulan yang liar, sehingga akan mencelakakan pemuda/pemudi Islam itu sendiri. Penataran agama dimulai dari rumah, maka keluarga perlu menjadi keluarga yang punya ketahahan iman, tidak hanya ketahanan pangan

Persatuan Umat Islam

Menyinggung sedikit mengenai persatuan umat Islam, Ibu Dewi memperbandingkan, sebagai contoh walaupun umat Kristen memiliki sekitar 3000 aliran yang berbeda-beda , di mana masing-masing sekte atau aliran tidak saling menyatu, tetapi mereka bersatu padu pada saat memusuhi umat agama lain yang berbeda. Ketika menghadapi Islam, mereka bersatu dan saling bahu-membahu untuk menghancurkan umat Islam.

Sebagai tambahan anak muda kristen bisa bergaul dan bergabung dengan siapapun, dengan dada mereka memiliki agenda kristenisasi.

Sebagai contoh dalam da’wah mereka, dibuatlah sebuah opini umum , bahwa lelaki kristen itu setia, tidak boleh cerai, tidak mau memadu. Pada akhirnya banyak wanita muslimah menganggap bahwa lelaki muslim tidak baik untuk dinikahi.

Hari tanggal : Ahad, 8 Agustus 2010

Waktu : jam 05.45 s.d 07.30 WIB

Tempat : Masjid Al Ikhsan, Tanjungsari, Kecamatan Tersono Kab. Batang, Jawa Tengah

Penyelenggara : Muhammadiyah Cabang Tersono Kabupaten Batang

2 comments on “PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK GENERASI MUSLIM

  1. Setuju ortu menjadi pokok keteladanan. Tentu bukan hal mudah untuk mewujudkannya… Tapi tak ada kata mundur… Kita-kita orang tua harus tetap berupaya keras. Hanya perlu dukungan juga dari pemegang kekuasaan agar mampu menciptakan suasana yang kondusif di masyarakat…

Tinggalkan komentar